
Saat mendengar kata “rendang”, pikiran kita mungkin langsung tertuju pada daging sapi dengan bumbu kental khas Minang. Namun, tahukah Anda bahwa Provinsi Jambi punya versi rendang unik yang berbeda dari biasanya? Namanya adalah Rendang Cempedak—masakan tradisional yang memadukan aroma eksotis buah cempedak dengan kekayaan rempah nusantara.
Hidangan ini tak hanya menggoda lidah, tapi juga menyimpan nilai budaya yang tinggi.
Rendang, Tapi dari Buah? Kenapa Tidak!
Berbeda dari rendang pada umumnya yang berbahan dasar daging, Rendang Cempedak menggunakan buah cempedak yang telah matang namun masih cukup padat. Buah ini dipotong-potong dan dimasak bersama santan serta racikan bumbu khas yang kaya rasa. Proses memasaknya tetap mengikuti teknik rendang asli—dimulai dari menumis bumbu halus, lalu dimasak perlahan hingga bumbu meresap dan kuah mengering.
Hasilnya? Tekstur legit dari cempedak menyatu sempurna dengan gurihnya santan dan wangi rempah. Rasa manis alami dari buah juga menciptakan kontras menarik yang membuat sajian ini unik dan menggugah selera.
Kaya Rempah, Penuh Filosofi
Tak hanya soal rasa, rendang cempedak juga sarat makna budaya. Dalam tradisi masyarakat Jambi, masakan ini kerap disajikan saat acara adat atau perayaan keluarga. Cempedak dipilih karena dianggap sebagai simbol rezeki dan kehangatan, sementara proses memasak rendang yang memakan waktu melambangkan kesabaran dan ketekunan.
Bumbu yang digunakan juga tak kalah kompleks. Mulai dari bawang merah, bawang putih, lengkuas, kunyit, cabai, ketumbar, hingga daun kunyit dan daun salam—all blended into one rich, aromatic dish.
Cara Menyantap dan Menghidangkannya
Biasanya, rendang cempedak disajikan bersama nasi hangat dan sambal lado hijau. Namun, tidak sedikit juga yang menikmatinya sebagai lauk pendamping nasi uduk atau lontong. Karena rasanya yang unik—gurih, manis, dan sedikit pedas—rendang cempedak bisa menjadi menu alternatif bagi mereka yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari rendang daging.
Di beberapa rumah makan khas Jambi, rendang ini disajikan dalam bentuk kering, mirip rendang padang, agar bisa bertahan lama. Namun jika dimasak untuk konsumsi harian di rumah, teksturnya biasanya agak basah dan lembut.
Potensi Kuliner yang Perlu Diangkat
Seiring tren kuliner lokal yang semakin diminati, Rendang Cempedak memiliki potensi besar untuk diperkenalkan lebih luas. Rasanya yang khas, tampilannya yang menggoda, serta nilai budayanya menjadikan rendang ini layak masuk ke jajaran makanan tradisional Indonesia yang wajib dicoba.
Pemerintah daerah dan pelaku UMKM Jambi kini mulai gencar mempromosikan rendang cempedak melalui festival kuliner, media sosial, dan platform digital.
Kesimpulan: Rendang Tak Selalu Daging, Cempedak pun Bisa Menggoda
Rendang Cempedak membuktikan bahwa inovasi kuliner bisa lahir dari kearifan lokal. Dengan memadukan buah tropis yang khas dengan teknik memasak tradisional, Jambi telah menciptakan sajian yang tidak hanya lezat, tapi juga penuh cerita.