
Belakangan ini, masyarakat dihebohkan oleh kabar mengenai siswa-siswi yang diancam tidak naik kelas jika mereka menolak untuk mengikuti kegiatan di barak militer. Isu ini memantik reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Kegiatan Bernuansa Militer: Untuk Apa dan Siapa?
Sebagian sekolah memang mulai mengadopsi program kegiatan berbasis disiplin militer, dengan alasan untuk membangun karakter, meningkatkan kedisiplinan, dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Namun, ketika kegiatan tersebut diwajibkan, dan disertai ancaman sanksi seperti tidak naik kelas, maka tujuannya menjadi kabur.
Apalagi, anak-anak usia sekolah merupakan kelompok rentan yang membutuhkan pendekatan edukatif, bukan represif. Menurut KPAI, memaksa anak untuk ikut kegiatan militer tanpa pertimbangan psikologis dapat berdampak negatif pada perkembangan mental dan emosional mereka.
KPAI Angkat Suara: Ancaman Bukan Solusi
Dalam pernyataannya, KPAI menegaskan bahwa ancaman seperti “tidak naik kelas” jika tidak ikut barak militer termasuk dalam kategori tekanan psikologis. Hal ini bisa mengganggu rasa aman, membuat anak stres, hingga menurunkan motivasi belajar.
“Menanamkan kedisiplinan tidak harus dengan cara militeristik. Terlebih jika disertai paksaan dan ancaman. Ini tidak sejalan dengan prinsip pendidikan anak,” ujar salah satu komisioner KPAI.
Hak Anak Harus Dijaga, Bukan Ditekan
Penting untuk diingat bahwa anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dalam suasana yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan, baik fisik maupun mental. Bila kegiatan tambahan seperti pelatihan barak militer bersifat opsional dan mendapat persetujuan dari orang tua serta anak, maka bisa saja hal tersebut menjadi nilai tambah.
Namun, jika program tersebut dijadikan prasyarat akademik atau dilakukan secara memaksa, maka prinsip-prinsip perlindungan anak sudah jelas dilanggar. Selain itu, pendekatan yang salah dalam mendisiplinkan anak justru dapat menimbulkan trauma jangka panjang.
Kesimpulan: Disiplin Harus Didasari Edukasi, Bukan Ancaman
Kegiatan pembentukan karakter tentu sangat penting dalam dunia pendidikan. Namun, pendekatan yang digunakan haruslah berorientasi pada kesejahteraan dan tumbuh kembang anak.