
Dalam era globalisasi yang semakin pesat, kekayaan budaya lokal kerap terpinggirkan. Menyadari hal itu, Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Wamendikdasmen) Atip Rahman mengeluarkan seruan penting: bahasa daerah perlu diajarkan sejak tahun pertama di SD. Langkah ini tidak hanya bertujuan melestarikan bahasa ibu, tetapi juga memperkuat identitas budaya generasi muda Indonesia.
Latar Belakang: Mengapa Bahasa Daerah Mulai Hilang?
Perlu diakui, banyak bahasa daerah di Indonesia kini berada di ambang kepunahan. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya penggunaan bahasa lokal dalam kehidupan sehari-hari, terutama oleh generasi muda. Sekolah sebagai pusat pendidikan menjadi tempat strategis untuk menghidupkan kembali bahasa daerah.
Menurut Wamendikdasmen Atip, jika pelajaran bahasa daerah dimulai sejak kelas 1 SD, anak-anak akan lebih mudah menyerapnya. Selain itu, mereka dapat tumbuh dengan rasa bangga terhadap warisan budaya mereka sendiri.
Instruksi Penting: Implementasi di Sekolah Dasar
Wamendikdasmen Atip meminta setiap satuan pendidikan dasar, terutama sekolah negeri dan swasta, agar mulai merancang kurikulum bahasa daerah secara lebih sistematis. Pelajaran bahasa daerah diharapkan menjadi bagian dari mata pelajaran wajib, setidaknya satu jam pelajaran per minggu di kelas satu hingga kelas enam SD.
Lebih lanjut, ia mendorong dinas pendidikan daerah dan kepala sekolah untuk bekerja sama dengan tokoh adat atau budayawan dalam menyusun materi yang relevan dan mudah dipahami siswa. Dengan begitu, proses pembelajaran akan lebih kontekstual dan bermakna.
Manfaat Mengajarkan Bahasa Daerah Sejak Dini
Tak hanya untuk pelestarian budaya, mengajarkan bahasa daerah juga memiliki manfaat kognitif. Anak-anak yang mempelajari dua atau lebih bahasa sejak dini cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis, memori yang lebih tajam, dan empati sosial yang tinggi. Selain itu, mereka juga dapat memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam bahasa dan cerita rakyat lokal.
Tantangan dan Solusi
Meski inisiatif ini sangat positif, implementasi di lapangan tentu tidak mudah. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan guru yang mampu mengajar bahasa daerah. Untuk itu, Wamendikdasmen mendorong agar pemerintah daerah segera mengidentifikasi tenaga pendidik yang memenuhi syarat atau melakukan pelatihan intensif bagi guru yang ada.
Selain itu, penyusunan modul dan buku ajar juga menjadi prioritas.
Penutup: Langkah Maju untuk Pelestarian Budaya
Langkah Wamendikdasmen Atip mendorong pengajaran bahasa daerah sejak tahun pertama SD merupakan inisiatif strategis yang patut diapresiasi. Selain sebagai sarana pelestarian budaya, hal ini juga menjadi investasi jangka panjang dalam membentuk karakter dan identitas generasi penerus bangsa.