
Candi Borobudur, sebagai salah satu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO, kembali menjadi sorotan publik. Kali ini bukan karena arsitekturnya yang megah atau jumlah wisatawan yang membludak, melainkan karena isu pembangunan eskalator di situs sejarah tersebut. Wacana ini memunculkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Namun, sebelum terburu-buru mengambil kesimpulan, yuk kita simak 5 fakta menarik di balik isu kontroversial ini.
1. Wacana yang Masih dalam Tahap Pertimbangan
Pertama-tama, penting untuk diketahui bahwa pembangunan eskalator di Candi Borobudur belum dieksekusi. Sampai saat ini, wacana tersebut masih dalam tahap pertimbangan oleh pihak terkait, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas bagi pengunjung lansia dan disabilitas. Namun, belum ada keputusan final, mengingat Candi Borobudur merupakan situs yang sangat sensitif terhadap perubahan fisik.
2. Reaksi Publik Sangat Beragam
Tak bisa dipungkiri, isu ini langsung menyedot perhatian masyarakat luas. Banyak yang menolak keras ide pembangunan eskalator karena dianggap mengancam keaslian dan kesakralan candi. Di sisi lain, ada pula yang menyambut baik gagasan tersebut sebagai bagian dari modernisasi fasilitas pariwisata.
Perdebatan ini mencerminkan pentingnya keseimbangan antara pelestarian budaya dan perkembangan zaman.
3. UNESCO Ikut Angkat Suara
Sebagai situs warisan dunia, Candi Borobudur berada dalam pengawasan UNESCO. Oleh karena itu, setiap rencana pembangunan atau perubahan besar harus mendapat persetujuan dari lembaga internasional tersebut.
UNESCO pun telah menyampaikan bahwa mereka perlu melakukan peninjauan lebih lanjut jika rencana eskalator benar-benar ingin direalisasikan. Ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap situs sejarah tetap menjadi prioritas utama, baik di tingkat nasional maupun global.
4. Ada Alternatif Teknologi Ramah Situs
Menariknya, beberapa pihak telah mengusulkan alternatif teknologi yang tidak merusak struktur candi, seperti lift luar bangunan atau jalur tanjakan di area sekitarnya. Tujuannya tetap sama: meningkatkan akses untuk semua pengunjung tanpa menyentuh struktur utama.
Hal ini menjadi bukti bahwa solusi inovatif bisa dihadirkan tanpa harus mengorbankan nilai sejarah.
5. Pemerintah Terbuka terhadap Masukan Publik
Fakta terakhir yang patut diapresiasi adalah sikap pemerintah yang terbuka terhadap kritik dan masukan masyarakat. Pihak-pihak terkait menyatakan bahwa mereka akan melakukan kajian mendalam dan melibatkan para ahli sejarah, arkeologi, serta tokoh masyarakat sebelum mengambil keputusan.
Langkah ini menjadi contoh penting bahwa pembangunan harus berpihak pada pelestarian dan berdasarkan dialog yang konstruktif.
Kesimpulan: Bijak Menyikapi, Cermat Bertindak
Isu pembangunan eskalator di Candi Borobudur memang memicu kontroversi, namun juga membuka ruang diskusi tentang bagaimana kita memajukan pariwisata tanpa melukai nilai budaya. Alih-alih memperdebatkan tanpa data, mari dukung setiap proses dengan sikap kritis dan apresiatif.