
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai merambah dunia pendidikan, termasuk di Cina. Di berbagai sekolah dasar hingga menengah (SD–SMA), penggunaan AI telah diterapkan dalam bentuk aplikasi pembelajaran, analisis perilaku siswa, hingga penilaian otomatis.
Namun, seiring meningkatnya pemanfaatan teknologi ini, pemerintah Cina menyadari perlunya regulasi ketat demi melindungi privasi, menjaga etika, dan mencegah ketergantungan terhadap mesin.
Langkah Tegas Pemerintah: Regulasi Diperketat
Pada 2023, Kementerian Pendidikan Cina mengeluarkan pedoman khusus terkait penggunaan teknologi AI di lingkungan sekolah. Tujuannya adalah memastikan bahwa teknologi hanya digunakan untuk mendukung proses belajar, bukan menggantikan peran guru atau mengganggu perkembangan emosional siswa.
Beberapa kebijakan utama yang diterapkan antara lain:
- Larangan mengumpulkan data biometrik siswa tanpa izin
- Pembatasan penggunaan teknologi pengenalan wajah di ruang kelas
- Evaluasi ketat terhadap aplikasi AI sebelum digunakan di sekolah
- Kewajiban transparansi pengelola aplikasi terhadap data yang dikumpulkan
Dengan demikian, pemerintah tidak menolak penggunaan AI, melainkan mengarahkan penggunaannya agar tetap aman dan etis.
AI Tetap Didorong, Tapi Berfokus pada Manfaat Pendidikan
Meskipun regulasi diperketat, pemerintah Cina tetap mendorong pemanfaatan AI untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Misalnya, AI digunakan untuk:
- Membantu guru dalam memberikan tugas yang dipersonalisasi
- Memberikan umpan balik cepat terhadap hasil ujian
- Menyusun materi belajar berdasarkan tingkat pemahaman siswa
Oleh karena itu, AI tetap diposisikan sebagai alat bantu, bukan pengganti. Pemerintah juga mendorong pelatihan guru agar mereka bisa memanfaatkan AI dengan bijak dan efektif.
Etika dan Perlindungan Privasi Jadi Fokus Utama
Salah satu alasan utama regulasi ini diterapkan adalah kekhawatiran terhadap pelanggaran privasi dan pengawasan berlebihan terhadap siswa. Cina tidak ingin AI digunakan untuk mengontrol atau memantau siswa secara berlebihan, apalagi sampai menciptakan tekanan psikologis.
Selain itu, Kementerian Pendidikan juga meminta sekolah untuk melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan teknologi AI, sehingga semua pihak merasa nyaman dan terlibat secara aktif.
Kesimpulan: AI di Sekolah Harus Tetap Manusiawi
Penggunaan AI dalam pendidikan memang membawa banyak manfaat, namun tanpa regulasi yang jelas, risikonya juga besar. Pemerintah Cina mengambil langkah bijak dengan mengatur penggunaan teknologi ini secara hati-hati. Dengan pendekatan ini, AI bisa menjadi sahabat guru dan siswa—bukan ancaman.
Jadi, meskipun masa depan pendidikan semakin digital, nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi landasan utama.