
Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan antara Rusia dan layanan internet satelit Starlink milik SpaceX semakin memanas. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa Rusia telah melancarkan serangan terhadap satelit Starlink dan terlibat dalam perang jamming yang signifikan. Bagaimana situasi ini berkembang dan apa dampaknya?
Serangan Rusia Terhadap Satelit Starlink
Rusia telah mengembangkan sistem canggih yang mampu mendeteksi dan mengganggu sinyal dari satelit Starlink. Sistem ini, yang dijuluki “Kalinka,” dirancang untuk melacak dan mengganggu sinyal dari terminal Starlink yang digunakan oleh Ukraina. Kalinka dapat mendeteksi drone dan kapal nirawak yang diarahkan oleh Starlink, termasuk drone “Baba Yaga,” hingga jarak 15 kilometer.
Sebelumnya, pelacakan drone dilakukan secara visual. Namun, dengan adanya Kalinka, Rusia kini dapat menemukan drone yang terhubung dengan Starlink dan menargetkannya dengan lebih efektif. Sistem ini sedang diuji coba tempur dan telah diintegrasikan ke berbagai platform seperti jet ski, kapal, dan helikopter untuk memperluas cakupan operasionalnya.
Perang Jamming yang Mengancam Konektivitas
Sejak awal perang, militer Ukraina telah mengandalkan layanan internet satelit Starlink untuk berkomunikasi, mengoordinasikan serangan, dan mengumpulkan intelijen. Namun, Rusia telah berhasil menyebabkan gangguan luas pada layanan Starlink di Ukraina. Laporan dari The New York Times menyebutkan bahwa Starlink, yang sebelumnya tahan terhadap upaya pengacauan, kini menghadapi serangan jamming yang signifikan dari Rusia.
Elon Musk, pendiri SpaceX, mengungkapkan bahwa sistem pengacakan sinyal oleh Rusia telah menghabiskan sumber daya untuk melindungi layanan Starlink. Musk menyatakan bahwa meskipun Rusia berhasil mengganggu semua sistem komunikasi yang digunakan oleh Ukraina, Starlink tetap menjadi target utama serangan jamming Rusia.
Dampak Terhadap Operasi Militer Ukraina
Gangguan terhadap layanan Starlink memiliki dampak serius terhadap operasi militer Ukraina. Sistem senjata canggih buatan Barat, seperti HIMARS dan roket berpemandu GPS Excalibur, menjadi “tidak efektif” akibat gangguan sinyal dari Rusia. Sebuah laporan dari Business Insider menyebutkan bahwa jamming Rusia menyebabkan roket dan misil berpemandu GPS meleset dari target hingga 50 kaki atau lebih.
Selain itu, anggota Brigade Serbu ke-92 Ukraina melaporkan bahwa koneksi Starlink menjadi sangat lambat atau bahkan terputus total sebelum serangan besar Rusia di Kharkiv. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran Starlink dalam komunikasi dan koordinasi pasukan Ukraina di medan perang.
Langkah-Langkah yang Ditempuh untuk Mengatasi Masalah
Untuk mengatasi gangguan ini, Ukraina sedang menguji sistem baru untuk melindungi komunikasi satelit mereka. Namun, saat ini belum ada sistem serupa yang diproduksi secara massal seperti Starlink. Ukraina berharap internet Starlink masih dapat diandalkan di tengah tekanan Rusia.
Di sisi lain, SpaceX terus berupaya meningkatkan ketahanan sistem Starlink terhadap serangan jamming. Elon Musk menekankan pentingnya melindungi layanan ini agar tetap dapat digunakan oleh pasukan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.
Kesimpulan: Perang Jamming yang Belum Berakhir
Serangan Rusia terhadap satelit Starlink dan perang jamming yang terjadi menunjukkan betapa pentingnya peran teknologi dalam konflik modern. Konektivitas satelit menjadi kunci dalam komunikasi dan koordinasi militer. Dengan adanya ancaman terhadap layanan seperti Starlink, negara-negara di dunia perlu meningkatkan kemampuan mereka dalam melindungi infrastruktur kritis dari serangan siber dan jamming.
Perang jamming ini masih berlangsung, dan masa depan komunikasi satelit global tergantung pada kemampuan untuk menghadapinya.