
Sebelum membahas kasus yang terjadi di Bandung, penting untuk memahami apa itu skizofrenia katatonik. Skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis gangguan jiwa kronis yang ditandai oleh gangguan motorik ekstrem. Penderitanya bisa menjadi sangat pasif (tidak bergerak sama sekali) atau sebaliknya, menunjukkan gerakan yang tidak terkendali dan berulang-ulang.
Jenis skizofrenia ini tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
Awal Gejala Muncul di Bandung
Kasus seorang wanita muda di Bandung yang mengidap skizofrenia katatonik menjadi perhatian publik baru-baru ini. Awalnya, wanita tersebut dikenal sebagai sosok yang aktif, ceria, dan berprestasi di kampusnya. Namun, perlahan-lahan perilakunya mulai berubah.
Orang terdekatnya mulai menyadari ada yang tidak beres ketika ia mulai menarik diri dari pergaulan, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya ia sukai, dan menunjukkan ekspresi wajah yang datar. Tidak lama setelah itu, ia mulai menunjukkan perilaku yang lebih ekstrem: membeku dalam satu posisi selama berjam-jam dan tidak merespons saat diajak bicara.
Faktor Pemicu dan Lingkungan
Menurut penuturan keluarganya, stres berat menjadi pemicu awal perubahan perilaku wanita ini. Ia menghadapi tekanan dari berbagai sisi — akademik, masalah keluarga, dan pergaulan sosial. Sayangnya, lingkungan sekitarnya kurang memahami kondisi kesehatan mental, sehingga ia tidak mendapatkan dukungan yang memadai.
Selain itu, riwayat keluarga menunjukkan adanya anggota keluarga yang juga pernah mengalami gangguan serupa. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan bisa berperan besar dalam memunculkan gejala skizofrenia katatonik.
Diagnosis dan Penanganan
Setelah gejala semakin memburuk, pihak keluarga akhirnya membawanya ke rumah sakit jiwa di Bandung. Di sana, tim psikiater melakukan serangkaian pemeriksaan, mulai dari wawancara psikologis hingga observasi perilaku.
Hasilnya, wanita tersebut didiagnosis skizofrenia katatonik. Penanganan yang diberikan meliputi terapi obat-obatan antipsikotik, terapi perilaku, serta konseling keluarga. Dalam beberapa kasus, terapi ECT (Electroconvulsive Therapy) juga dipertimbangkan jika gejala motorik terlalu parah.
Pentingnya Kesadaran Kesehatan Mental
Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan muda. Stigma terhadap gangguan jiwa masih kuat di masyarakat, yang membuat banyak penderita enggan mencari pertolongan.
Padahal, semakin cepat gejala dikenali dan ditangani, semakin besar kemungkinan penderita untuk pulih dan menjalani hidup yang produktif.
Kesimpulan
Kasus wanita di Bandung yang mengidap skizofrenia katatonik menunjukkan bahwa gangguan mental bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang latar belakang. Dengan mengenali gejala sejak dini, memberikan dukungan emosional, dan membuka diri terhadap terapi medis, penderita memiliki peluang besar untuk kembali sehat.