
Dalam sebuah langkah yang menyita perhatian publik, keluarga pengusaha ternama Murdaya Poo memutuskan untuk melaksanakan upacara kremasi bukan di krematorium seperti lazimnya, melainkan di kawasan Candi Borobudur. Keputusan ini menimbulkan rasa penasaran, sekaligus membuka diskusi tentang spiritualitas, budaya, dan makna mendalam di balik lokasi peristirahatan terakhir seseorang.
Pilihan Tak Biasa: Kremasi di Borobudur
Biasanya, prosesi kremasi dilakukan di krematorium yang telah ditentukan oleh tata kota atau lembaga keagamaan. Namun, keluarga Murdaya Poo memilih jalur berbeda. Mereka membawa jenazah untuk dikremasi di kawasan sakral Candi Borobudur, salah satu situs Buddha terbesar di dunia.
Keputusan ini bukan tanpa alasan. Selain sebagai tempat bersejarah, Borobudur memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi bagi umat Buddha. Keluarga Murdaya Poo dikenal sebagai penganut Buddha yang taat, dan lokasi ini diyakini memiliki energi spiritual yang membawa ketenangan jiwa.
Makna Spiritual di Balik Borobudur
Candi Borobudur dibangun sebagai simbol perjalanan spiritual menuju pencerahan. Setiap relief dan stupa mencerminkan nilai-nilai Buddha, seperti karma, reinkarnasi, dan pembebasan dari siklus kehidupan. Dengan memilih Borobudur, keluarga Murdaya Poo seolah ingin memberikan penghormatan terakhir yang paling sakral dan bermakna.
Selain itu, prosesi di tempat seperti ini menciptakan suasana yang lebih damai, jauh dari kesan industrial yang biasa ditemukan di krematorium perkotaan.
Tradisi dan Kebebasan Memilih Tempat Kremasi
Meski tidak lazim, pemilihan tempat kremasi sejatinya adalah hak pribadi keluarga, selama tetap menghormati hukum, tradisi lokal, dan izin dari pihak berwenang. Dalam hal ini, keluarga Murdaya Poo disebut telah mendapatkan izin khusus untuk melaksanakan ritual tersebut secara tertutup dan dengan tata cara yang penuh hormat.
Langkah ini juga mencerminkan bagaimana tradisi dapat berpadu dengan spiritualitas personal. Dalam budaya Asia, termasuk Indonesia, tempat peristirahatan terakhir sangat berhubungan erat dengan harapan akan ketenangan jiwa dan kelahiran kembali yang lebih baik.
Reaksi Publik dan Pesan yang Tersirat
Tidak sedikit masyarakat yang menyambut langkah ini dengan kekaguman. Banyak yang menilai keputusan tersebut sebagai simbol penghormatan mendalam terhadap ajaran dan nilai spiritual. Di sisi lain, ada pula yang mempertanyakan kelaziman dan legalitasnya.
Namun yang jelas, keluarga Murdaya Poo telah menyampaikan pesan penting: kematian bukan hanya akhir kehidupan, tetapi awal dari perjalanan spiritual yang baru. Dan untuk itu, tempat yang sakral pun dipilih untuk menghantar jiwa dengan tenang.
Kesimpulan: Sebuah Perpaduan antara Keyakinan, Budaya, dan Spiritualitas
Pemilihan Borobudur sebagai tempat kremasi bukan hanya soal lokasi. Itu adalah wujud dari keyakinan yang dalam, penghormatan terhadap tradisi, dan harapan akan kedamaian abadi. Keluarga Murdaya Poo memberi contoh bahwa perpisahan terakhir bisa menjadi momen spiritual yang penuh makna—selama dilakukan dengan hormat dan bijak.