
Bima, Nusa Tenggara Barat, diguncang oleh sebuah kabar memilukan. Seorang balita harus kehilangan tangan akibat dugaan malapraktik medis di salah satu fasilitas kesehatan di daerah tersebut. Peristiwa ini sontak memicu reaksi keras dari masyarakat dan warganet, yang menuntut keadilan dan pertanggungjawaban dari pihak terkait.
Orangtua korban melaporkan bahwa awalnya sang anak hanya menderita demam dan bengkak ringan di bagian lengan. Namun, setelah mendapatkan penanganan medis, kondisinya justru memburuk secara drastis. Akibatnya, tangan balita malang itu harus diamputasi demi menyelamatkan nyawanya.
Kronologi Kejadian: Dari Pembengkakan Menuju Amputasi
Menurut penuturan keluarga, sang balita dibawa ke pusat layanan kesehatan dengan kondisi demam dan tangan membengkak. Setelah mendapatkan suntikan dan perawatan awal, lengan korban justru mengalami luka yang semakin parah, berwarna kehitaman, dan membusuk dalam waktu singkat.
Melihat kondisi tersebut, pihak keluarga segera merujuk korban ke rumah sakit yang lebih besar. Di sana, dokter memutuskan untuk melakukan amputasi karena infeksi sudah menyebar dan membahayakan keselamatan korban. Sayangnya, keputusan ini datang setelah kondisi korban terlambat ditangani secara optimal.
Dugaan Malapraktik dan Tuntutan Keadilan
Dugaan malapraktik langsung mencuat. Keluarga korban menuding adanya kelalaian dalam prosedur penanganan awal. Mereka menilai petugas medis tidak melakukan diagnosa dengan tepat dan memberikan tindakan yang justru memperparah kondisi anak mereka.
Saat ini, kasus tersebut telah dilaporkan ke pihak berwajib dan juga organisasi profesi kesehatan. Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) turut angkat bicara, meminta agar investigasi dilakukan secara transparan dan menyeluruh.
“Kita harus pastikan tidak ada lagi korban seperti ini. Anak kecil kehilangan masa depannya karena kelalaian yang seharusnya bisa dicegah,” tegas perwakilan LPAI Wilayah NTB.
Pihak Rumah Sakit Buka Suara
Menanggapi tudingan tersebut, pihak rumah sakit menyatakan bahwa mereka akan melakukan audit medis internal. Mereka juga menyambut baik penyelidikan dari pihak independen guna memastikan apakah prosedur medis sudah dijalankan sesuai standar.
“Kami tidak akan menghindar. Jika memang ditemukan kelalaian, kami siap bertanggung jawab sesuai hukum dan etika profesi,” ujar salah satu perwakilan rumah sakit.
Pihak rumah sakit juga menyampaikan simpati mendalam kepada keluarga korban dan siap memberikan bantuan lanjutan, baik secara medis maupun psikologis.
Kesimpulan: Saatnya Sistem Medis Dievaluasi Serius
Kasus balita yang kehilangan tangan di Bima membuka luka besar dalam sistem layanan kesehatan. Di tengah harapan akan pelayanan yang aman dan profesional, kejadian seperti ini menjadi tamparan keras bagi dunia medis.