
Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump, dikenal sebagai sosok yang blak-blakan dan penuh kejutan. Namun, siapa sangka salah satu kebijakannya yang paling unik justru muncul dari kamar mandi? Ya, Trump pernah mengubah aturan federal tentang shower head hanya karena merasa kesal saat mandi terlalu lama akibat tekanan air yang terlalu lemah!
Awal Mula: Keluhan Pribadi yang Jadi Aturan Nasional
Pada tahun 2020, di masa pemerintahannya, Trump secara terbuka menyatakan ketidakpuasannya terhadap tekanan air pada pancuran kamar mandi. Dalam sebuah sesi tanya jawab, ia mengeluh bahwa saat mandi, air tidak mengalir cukup deras sehingga ia harus mandi lebih lama hanya untuk mencuci rambutnya. Tak lama setelah pernyataan itu, muncul revisi aturan mengenai efisiensi air pada shower.
“Kita mandi, airnya menetes sedikit-sedikit. Rambut saya, saya nggak tahu kalian, tapi saya perlu air yang deras untuk membersihkannya,” ujar Trump dalam salah satu pidatonya.
Aturan Sebelumnya: Demi Lingkungan dan Efisiensi
Sebelum perubahan oleh Trump, aturan federal di AS menetapkan bahwa shower head hanya boleh mengalirkan maksimal 2,5 galon air per menit (GPM), atau sekitar 9,5 liter. Aturan ini dibuat sejak tahun 1992 demi menghemat air dan energi.
Namun, dalam praktiknya, banyak shower modern yang memiliki beberapa nozel. Meskipun desainnya canggih, aturan tetap menghitung total aliran air dari seluruh nozel, bukan per nozel. Inilah yang membuat aliran air terasa lemah jika mengikuti regulasi tersebut.
Langkah Trump: Longgarkan Batasan, Biar Mandinya Ngebut
Merespons keluhan itu, Departemen Energi AS—di bawah pemerintahan Trump—mengeluarkan kebijakan baru yang memperbolehkan tiap nozel shower mengalirkan hingga 2,5 GPM, bukan total dari seluruh shower head. Dengan demikian, pengguna bisa merasakan aliran air yang lebih deras dan mandi lebih cepat.
Kebijakan ini menuai pro dan kontra. Pendukung Trump memuji langkah tersebut sebagai bentuk perhatian pada kenyamanan rakyat, sementara kritikus menilainya sebagai keputusan yang tidak ramah lingkungan dan bertentangan dengan upaya penghematan sumber daya alam.
Dampaknya: Antara Efisiensi dan Kepuasan Pengguna
Sejak kebijakan itu diterbitkan, banyak produsen perlengkapan mandi mulai memproduksi shower dengan tekanan air yang lebih tinggi. Beberapa konsumen pun menyambut baik perubahan ini, karena mandi jadi lebih cepat dan nyaman.
Namun, kelompok pemerhati lingkungan mengecam kebijakan tersebut karena dikhawatirkan akan meningkatkan konsumsi air secara signifikan, terutama di wilayah rawan kekeringan.
Pasca-Trump: Kembali ke Aturan Awal?
Ketika Presiden Joe Biden menjabat, banyak kebijakan era Trump yang dievaluasi kembali, termasuk soal shower ini. Pemerintah Biden akhirnya memutuskan untuk mengembalikan aturan efisiensi air ke format semula, sebagai bagian dari komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan perubahan iklim.
Kesimpulan: Dari Rambut ke Regulasi
Meski terdengar sepele, kisah Trump dan shower menunjukkan bagaimana hal pribadi bisa berubah jadi kebijakan nasional. Bagi sebagian orang, aturan ini tampak lucu, namun bagi yang peduli lingkungan, ini adalah isu serius.
Apa pun pandanganmu, satu hal jelas: bahkan urusan mandi pun bisa jadi politik—apalagi kalau melibatkan seorang presiden seperti Donald Trump.