
Krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza, Palestina, telah menggugah perhatian dunia. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dan sejarah panjang solidaritas terhadap Palestina, diharapkan mengambil peran aktif, tidak hanya secara simbolik tetapi juga nyata.
Kini, di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto, harapan dan tuntutan terhadap komitmen Indonesia dalam membantu Gaza semakin tinggi. Namun, di balik itu semua, ada catatan kritis yang perlu menjadi perhatian sang presiden.
Gaza Membara: Saat Dunia Butuh Keberanian Diplomatik
Serangan yang terus berlanjut di Gaza telah menewaskan ribuan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Dalam situasi seperti ini, dunia membutuhkan lebih dari sekadar pernyataan keprihatinan. Dibutuhkan langkah konkret dan keberanian diplomatik untuk menyuarakan keadilan di forum internasional.
Sebagai tokoh militer dengan latar belakang kuat, Prabowo memiliki potensi besar untuk tampil sebagai pemimpin yang tegas dalam membela kemanusiaan. Apalagi, posisi Indonesia di Dewan HAM PBB dan dukungan kuat dari negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) menjadi peluang strategis untuk mengambil posisi lebih vokal.
Namun, hingga kini, langkah nyata dari pemerintah Indonesia masih dirasa belum maksimal. Inilah yang memunculkan desakan dari masyarakat sipil, lembaga kemanusiaan, hingga tokoh lintas agama untuk mendorong Prabowo menunjukkan kepemimpinan global yang berani dan bermartabat.
Bantuan untuk Gaza: Bukan Hanya Tentang Dana
Membantu Gaza tidak hanya berbicara soal pengiriman bantuan logistik dan donasi. Lebih dari itu, Indonesia perlu menjadi bagian dari solusi jangka panjang: mendukung proses perdamaian, menekan agresor, serta memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina di kancah global.
Pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo perlu memperkuat kerja sama dengan organisasi kemanusiaan internasional dan mengefektifkan pengiriman bantuan medis, pendidikan, serta perlindungan bagi pengungsi. Ini bukan hanya soal kepedulian, tapi juga soal tanggung jawab moral dan politik sebagai bangsa merdeka yang lahir dari semangat perjuangan melawan penjajahan.
Catatan Kritis untuk Prabowo: Konsistensi, Bukan Sekadar Retorika
Sebagai presiden yang akan segera dilantik, Prabowo dituntut untuk menunjukkan konsistensi antara kata dan tindakan. Masyarakat berharap, dukungan untuk Palestina tidak hanya menjadi narasi politik, tetapi diwujudkan dalam kebijakan luar negeri yang berani dan berpihak pada kemanusiaan.
Selain itu, penting bagi Prabowo untuk menjaga integritas diplomasi Indonesia agar tetap bebas aktif, tidak tunduk pada tekanan negara adidaya, dan tetap berdiri teguh di sisi yang benar.
“Jangan sampai kepentingan politik luar negeri membuat kita melupakan penderitaan rakyat Gaza yang setiap hari berjuang untuk hidup,” tegas seorang aktivis kemanusiaan di Jakarta.
Kesimpulan: Ujian Awal untuk Kepemimpinan Prabowo
Krisis Gaza menjadi ujian awal bagi arah kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto. Apakah Indonesia akan tetap berada di garda terdepan membela Palestina? Ataukah terjebak dalam diplomasi basa-basi?
Rakyat Indonesia menanti sikap tegas, nyata, dan berkeadilan. Sebab, solidaritas bukan hanya soal simpati—melainkan aksi konkret untuk kemanusiaan.