
Sebuah laporan global mengungkap fakta mengejutkan: warga Indonesia menempati peringkat pertama dalam hal konsumsi mikroplastik. Rata-rata, masyarakat Indonesia diperkirakan menelan hingga 15 gram mikroplastik setiap minggu—setara dengan satu kartu ATM.
Hal ini tentu bukan prestasi yang membanggakan. Sebaliknya, ini adalah sinyal bahaya serius bagi kesehatan dan lingkungan. Mikroplastik, yang berasal dari pecahan kecil plastik berukuran kurang dari 5 mm, kini ditemukan hampir di semua aspek kehidupan sehari-hari.
Apa Itu Mikroplastik dan Mengapa Berbahaya?
Mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan, air, dan udara. Partikel ini tidak bisa dicerna oleh tubuh, dan dalam jangka panjang, dapat memicu peradangan, gangguan hormon, hingga risiko kanker.
Sayangnya, banyak orang tidak menyadari dari mana saja sumber mikroplastik yang mereka konsumsi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lima sumber utama mikroplastik yang paling sering masuk ke tubuh warga Indonesia.
1. Air Minum Kemasan
Air minum dalam kemasan—baik botol plastik maupun galon isi ulang—merupakan salah satu sumber utama mikroplastik. Studi menemukan bahwa air dalam botol plastik bisa mengandung ratusan hingga ribuan partikel mikroplastik per liter.
Meskipun terlihat bersih dan praktis, ternyata kemasan plastik mudah melepaskan partikel kecil, terutama jika terpapar panas. Oleh karena itu, beralih ke air isi ulang dari dispenser kaca atau filter rumah tangga bisa menjadi solusi yang lebih sehat.
2. Makanan Laut
Indonesia adalah negara maritim, dan konsumsi makanan laut sangat tinggi. Sayangnya, banyak ikan dan kerang yang sudah terkontaminasi mikroplastik akibat pencemaran laut.
Rantai makanan laut memungkinkan plastik mikro yang tertelan oleh ikan akan berpindah ke manusia. Maka, penting untuk memastikan sumber makanan laut berasal dari perairan yang relatif bersih atau hasil budidaya yang terkontrol.
3. Garam Dapur
Garam laut, khususnya yang tidak dimurnikan, juga menjadi penyumbang mikroplastik dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sampel garam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengandung mikroplastik.
Transisinya, masyarakat kini mulai beralih ke garam himalaya atau garam batu sebagai alternatif yang lebih minim kontaminasi.
4. Udara yang Tercemar
Udara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya tidak hanya mengandung polusi, tapi juga mikroplastik. Serat sintetis dari pakaian, ban kendaraan, dan debu plastik beterbangan di udara yang kita hirup setiap hari.
Karena itulah, menggunakan masker, menjaga ventilasi rumah, dan menanam pohon bisa membantu mengurangi paparan mikroplastik dari udara.
5. Produk Perawatan Tubuh
Sabun scrub, pasta gigi, dan produk kecantikan lainnya seringkali mengandung mikrobeads—butiran plastik halus yang sulit terurai. Meskipun beberapa negara telah melarangnya, masih banyak produk di Indonesia yang mengandung bahan ini.
Selalu periksa label produk sebelum membeli, dan pilih produk yang ramah lingkungan serta bebas mikroplastik.
Kesimpulan: Saatnya Lebih Sadar dan Bertindak
Fakta bahwa warga Indonesia menjadi juara dunia dalam konsumsi mikroplastik harus menjadi peringatan keras. Namun, semua belum terlambat. Dengan meningkatkan kesadaran dan mengubah gaya hidup, kita bisa mengurangi paparan mikroplastik setiap hari.