
Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi, banyak yang berharap bahwa inovasi ini dapat membuat dunia lebih inklusif, termasuk bagi penyandang disabilitas. Namun, kenyataannya, tidak sedikit teknologi yang justru memperburuk kesenjangan bagi mereka yang membutuhkan aksesibilitas. Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan mengapa AI dan teknologi terkadang malah mendiskriminasi penyandang disabilitas, serta apa yang bisa dilakukan untuk mengubahnya.
1. Desain yang Tidak Inklusif
Salah satu alasan utama mengapa teknologi dan AI sering mendiskriminasi penyandang disabilitas adalah kurangnya desain yang inklusif. Banyak teknologi, mulai dari aplikasi hingga perangkat keras, yang dirancang tanpa memperhitungkan kebutuhan spesifik dari orang-orang dengan disabilitas. Misalnya, aplikasi yang hanya mengandalkan penglihatan atau suara sebagai input, tanpa adanya alternatif seperti teks atau pembaca layar.
Contoh nyata adalah aplikasi navigasi yang tidak menyediakan panduan audio yang jelas bagi penyandang tunanetra atau website yang tidak dapat diakses dengan pembaca layar. Hal ini jelas memperburuk hambatan akses informasi dan layanan bagi mereka.
2. Bias dalam Data dan Algoritma
AI dan algoritma, pada dasarnya, bergantung pada data yang digunakan untuk melatih sistem. Sayangnya, jika data yang digunakan tidak mencakup representasi yang cukup dari penyandang disabilitas, maka AI akan cenderung menghasilkan keputusan yang bias. Misalnya, dalam sistem pengenalan wajah, algoritma AI lebih sering gagal mengenali wajah penyandang disabilitas fisik, atau bahkan menyarankan produk atau layanan yang tidak relevan dengan kebutuhan mereka.
Sebagai contoh, banyak sistem AI yang dikembangkan untuk analisis perilaku pengguna cenderung lebih menekankan pada standar “normal” tanpa mempertimbangkan keragaman cara orang dengan disabilitas berinteraksi dengan teknologi. Ini menyebabkan mereka seringkali dipinggirkan dalam pengambilan keputusan berbasis AI.
3. Kurangnya Standar Aksesibilitas yang Tegas
Meskipun banyak negara telah menetapkan standar aksesibilitas, implementasinya seringkali tidak konsisten, terutama dalam konteks teknologi dan AI. Banyak pengembang dan perusahaan teknologi yang mengabaikan pentingnya aksesibilitas ketika merancang produk dan layanan mereka. Ini mengarah pada pengembangan sistem yang tidak ramah bagi penyandang disabilitas, baik itu dalam bentuk aplikasi yang sulit diakses atau perangkat keras yang tidak dapat digunakan dengan alat bantu.
4. Teknologi yang Tidak Adaptif
Selain itu, banyak teknologi yang tidak cukup fleksibel atau adaptif untuk memenuhi kebutuhan individu penyandang disabilitas. Misalnya, teknologi assistive seperti pembaca layar atau perangkat input alternatif sering kali tidak berfungsi dengan baik dengan sistem baru atau aplikasi modern. Hal ini bisa mengakibatkan kesulitan dalam mengakses konten digital atau bahkan membuat perangkat tersebut tidak berguna sama sekali.
Lebih buruk lagi, ada beberapa teknologi yang tidak dapat disesuaikan dengan cara penyandang disabilitas berinteraksi dengannya, seperti perangkat yang hanya bisa digunakan dengan mouse dan keyboard, sementara pengguna dengan keterbatasan motorik memerlukan teknologi yang lebih fleksibel.
5. Potensi untuk Meningkatkan Kesenjangan Sosial
Dalam beberapa kasus, kecanggihan teknologi dan AI malah memperburuk kesenjangan sosial yang sudah ada. Penyandang disabilitas, yang seringkali mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dan informasi, menjadi semakin terisolasi karena teknologi tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini meningkatkan ketidaksetaraan dalam dunia yang semakin digital dan otomatis.
Misalnya, jika sistem perbankan hanya menawarkan layanan berbasis aplikasi yang tidak ramah bagi penyandang tunanetra, mereka akan kesulitan dalam mengakses rekening atau melakukan transaksi keuangan secara mandiri.
Kesimpulan: Menyusun Solusi untuk Masa Depan yang Lebih Inklusif
Penting untuk kita menyadari bahwa teknologi seharusnya tidak hanya menguntungkan sebagian orang, tetapi harus dapat diakses oleh semua individu, termasuk penyandang disabilitas. Agar hal ini dapat terwujud, perlu adanya kolaborasi antara pengembang teknologi, penyandang disabilitas, dan pembuat kebijakan untuk menciptakan teknologi yang lebih inklusif.
Dengan mendesain produk dan layanan yang mengutamakan aksesibilitas dan mengurangi bias algoritma, kita bisa memastikan bahwa teknologi dan AI tidak hanya memudahkan kehidupan, tetapi juga membawa manfaat yang setara bagi semua orang. Inovasi yang inklusif adalah masa depan yang harus kita kejar.