Lo Kheng Hong hingga BlackRock Manfaatkan Koreksi IHSG, Investor Ritel Punya Peluang

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi yang cukup dalam sepanjang tahun 2024, namun ini bukanlah berita buruk bagi semua pihak. Beberapa investor besar, termasuk Lo Kheng Hong dan BlackRock, justru memanfaatkan momen ini untuk membeli saham dengan harga lebih rendah. Lantas, bagaimana dengan investor ritel? Apakah mereka juga bisa memanfaatkan koreksi IHSG untuk meraih keuntungan?

Lo Kheng Hong: Investor Legendaris yang Manfaatkan Koreksi


Lo Kheng Hong, yang dikenal sebagai salah satu investor paling sukses di Indonesia, tidak pernah melewatkan peluang ketika pasar saham mengalami koreksi. Selama beberapa dekade berinvestasi, Lo selalu percaya bahwa koreksi pasar adalah saat yang tepat untuk membeli saham-saham yang undervalued.

Saat IHSG mengalami penurunan, Lo Kheng Hong melihatnya sebagai kesempatan untuk membeli saham-saham unggulan dengan harga yang lebih terjangkau. Dengan pengalaman dan analisis yang tajam, dia tahu betul kapan harus masuk dan keluar dari pasar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar sedang tidak stabil, peluang tetap ada bagi mereka yang memiliki strategi jangka panjang.

BlackRock: Raksasa Investasi Global Juga Tertarik


Tak hanya investor lokal, raksasa investasi global seperti BlackRock juga melihat koreksi IHSG sebagai kesempatan untuk berinvestasi di pasar Indonesia. BlackRock, dengan dana kelolaan lebih dari $8 triliun, memiliki kemampuan untuk membeli saham-saham besar dan menarik yang mungkin terdiskon akibat ketidakpastian pasar.

Meskipun IHSG sedang mengalami penurunan, BlackRock memilih untuk tetap aktif berinvestasi. Dengan sumber daya yang melimpah, BlackRock dapat melakukan diversifikasi investasi yang lebih besar, mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan di masa depan.

Peluang Bagi Investor Ritel: Jangan Lewatkan Kesempatan


Bagi investor ritel, momen koreksi IHSG juga membawa peluang yang tidak boleh dilewatkan. Meski terbatas dari sisi dana dan akses informasi, investor ritel tetap dapat memperoleh keuntungan dengan pendekatan yang tepat. Koreksi pasar memberikan kesempatan untuk membeli saham dengan harga lebih rendah, yang dalam jangka panjang dapat memberi imbal hasil yang signifikan.

Berbeda dengan investor besar yang bisa membeli saham dalam jumlah besar, investor ritel bisa memilih saham-saham yang lebih likuid dan terjangkau. Ini bisa menjadi strategi yang efektif jika dilakukan dengan riset dan analisis yang baik. Selain itu, investor ritel juga bisa memanfaatkan reksa dana atau ETF yang diperdagangkan di bursa, yang memberi mereka akses ke berbagai saham tanpa perlu membeli langsung satu per satu.

Strategi Cerdas di Tengah Koreksi IHSG


Menghadapi koreksi IHSG, investor ritel perlu memiliki strategi yang tepat agar bisa memaksimalkan peluang. Salah satu strategi yang bisa diambil adalah dengan berinvestasi secara bertahap. Alih-alih membeli saham dalam jumlah besar sekaligus, investor bisa membeli sedikit demi sedikit di berbagai titik harga yang lebih rendah. Pendekatan ini membantu meratakan harga beli dan mengurangi risiko jika pasar kembali bergerak turun.

Selain itu, penting untuk memilih saham dengan fundamental yang kuat dan memiliki prospek jangka panjang. Saham-saham dengan kinerja keuangan yang solid, serta potensi pertumbuhan yang menjanjikan, akan lebih tahan terhadap volatilitas pasar.

Kesimpulan: Koreksi IHSG Bukanlah Halangan, Justru Peluang


Koreksi IHSG memang menantang bagi banyak investor, tetapi bagi mereka yang cerdas dalam mengambil keputusan, ini justru menjadi peluang. Lo Kheng Hong dan BlackRock telah membuktikan bahwa koreksi pasar bisa dimanfaatkan untuk membeli saham dengan harga yang lebih rendah, yang nantinya dapat memberikan keuntungan besar.

Bagi investor ritel, meski tantangannya lebih besar, peluang tetap ada jika diambil dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Dengan strategi yang tepat dan riset yang matang, investor ritel juga bisa menikmati keuntungan meskipun pasar sedang tidak stabil.

Related Posts

Tanda Waspada dari Timur: AMRO Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia 2025 ke Level Terendah Sejak Pandemi

Ekonomi Asia kembali menghadapi tantangan serius. The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) baru saja memangkas outlook pertumbuhan ekonomi kawasan Asia tahun 2025 menjadi hanya 3,8%. Angka ini merupakan yang terendah…

Jurus Panas Bumi: Ambisi Indonesia Jadi Raja Geothermal Dunia di 2029

Indonesia kembali menunjukkan keseriusannya dalam membangun masa depan energi hijau. Salah satu target besar yang sedang digagas adalah menjadi produsen energi panas bumi (geothermal) terbesar di dunia pada 2029. Dengan…

You Missed

Kepiting Cak Gundul 1992: Lezatnya Legenda Seafood yang Bikin Lidah Bergoyang!

Kepiting Cak Gundul 1992: Lezatnya Legenda Seafood yang Bikin Lidah Bergoyang!

Gastroskopi: Langkah Cerdas Deteksi Dini Gangguan Saluran Cerna

Gastroskopi: Langkah Cerdas Deteksi Dini Gangguan Saluran Cerna

Tragedi Pinjol: Satu Keluarga Bunuh Diri, Alarm Bahaya Utang Digital

Tragedi Pinjol: Satu Keluarga Bunuh Diri, Alarm Bahaya Utang Digital

YONO: Gaya Hidup Simpel tapi Penuh Kendali ala Generasi Modern

YONO: Gaya Hidup Simpel tapi Penuh Kendali ala Generasi Modern

Tanda Waspada dari Timur: AMRO Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia 2025 ke Level Terendah Sejak Pandemi

Tanda Waspada dari Timur: AMRO Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia 2025 ke Level Terendah Sejak Pandemi

RRQ dari Indonesia Raih Runner-up! Bukti Konsistensi Sang Raja di Panggung Esports Dunia

RRQ dari Indonesia Raih Runner-up! Bukti Konsistensi Sang Raja di Panggung Esports Dunia