
Di tengah dinamika politik dan sosial Indonesia yang terus bergerak, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP PA GMNI), Arief Hidayat, menyerukan peran aktif kaum nasionalis dalam mendorong arah perubahan bangsa. Seruan ini bukan hanya ajakan biasa, melainkan panggilan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kebangsaan sebagai fondasi kuat dalam membentuk masa depan Indonesia.
Kebangkitan Nasionalis: Mengapa Saat Ini Sangat Krusial?
Seiring dengan meningkatnya tantangan global dan domestik, Indonesia membutuhkan arah yang jelas. Dalam konteks inilah, Arief Hidayat menegaskan bahwa kaum nasionalis harus menjadi pendulum perubahan. Artinya, mereka harus menjadi penyeimbang, penggerak, dan penentu arah transformasi sosial, politik, dan ekonomi bangsa.
Dengan kata lain, nasionalisme bukan sekadar wacana. Ia adalah tindakan nyata untuk membela kepentingan rakyat, menjaga keutuhan negara, dan memastikan bahwa pembangunan berjalan merata serta adil.
“Nasionalis tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus jadi aktor utama dalam perubahan,” tegas Arief dalam sebuah forum nasional.
Peran Strategis Nasionalis dalam Dinamika Politik
Kaum nasionalis memiliki posisi strategis dalam kancah politik Indonesia. Dengan pengalaman dan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila, mereka diyakini mampu menjadi jembatan antara aspirasi rakyat dan kebijakan negara.
Lebih dari itu, Arief mengajak seluruh elemen nasionalis—termasuk alumni GMNI di seluruh daerah—untuk aktif membentuk opini publik, mendorong kebijakan pro-rakyat, serta mengawal proses demokrasi agar tetap berjalan di jalur yang benar.
Mengapa Pendulum?
Pendulum di sini menggambarkan keseimbangan. Dalam dunia yang cepat berubah, Indonesia membutuhkan kekuatan yang stabil dan konsisten. Kaum nasionalis, menurut Arief, memiliki potensi untuk menjadi kekuatan penyeimbang di tengah tarik-menarik kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi asing.
Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan
Arief juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas generasi. Para alumni GMNI tidak boleh bekerja sendiri. Mereka harus menggandeng mahasiswa, pemuda, organisasi masyarakat sipil, hingga tokoh adat dan agama untuk memperkuat gerakan nasionalisme.
Melalui sinergi ini, perubahan yang diharapkan tidak hanya akan cepat tercapai, tetapi juga akan memiliki akar yang kuat di tengah masyarakat.
“Perubahan bukan soal siapa yang memimpin, tetapi siapa yang siap bekerja sama dan bergerak,” ungkapnya penuh semangat.
Kesimpulan: Saatnya Nasionalis Bangkit dan Bertindak
Pesan dari Ketua Umum DPP PA GMNI ini seharusnya menjadi alarm bagi semua kaum nasionalis. Indonesia sedang memasuki fase penting dalam sejarahnya. Oleh karena itu, peran aktif kaum nasionalis sangat dibutuhkan sebagai kekuatan penyeimbang dan pendorong perubahan.
Melalui seruan ini, Arief Hidayat bukan hanya menegaskan komitmen organisasi, tetapi juga membuka jalan bagi gerakan nasionalisme baru yang lebih inklusif, progresif, dan berorientasi pada rakyat.
Sekaranglah saatnya. Nasionalis harus bangkit. Nasionalis harus bergerak. Dan yang paling penting—nasionalis harus menjadi pendulum perubahan.