
Di era digital yang serba cepat seperti sekarang, generasi muda sering kali tanpa sadar melakukan kebiasaan yang bisa merusak otak mereka sendiri. Padahal, otak adalah pusat kendali tubuh yang sangat penting untuk berpikir, belajar, hingga mengambil keputusan.
Sayangnya, rutinitas yang dianggap biasa justru bisa berdampak negatif dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk lebih peduli terhadap kesehatan otak sejak dini.
Berikut tiga kebiasaan paling umum yang ternyata berbahaya bagi fungsi otak. Jangan tunggu sampai terlambat untuk memperbaikinya!
1. Terlalu Lama Menatap Layar Gadget
Tanpa disadari, banyak anak muda menghabiskan lebih dari 8 jam sehari di depan layar—baik untuk belajar, bekerja, maupun hiburan. Meski terlihat normal, kebiasaan ini bisa berdampak serius pada kesehatan otak.
Efek buruknya:
- Menurunkan daya ingat dan konsentrasi
- Menyebabkan kelelahan mental (mental fatigue)
- Memicu stres dan kecemasan
Paparan cahaya biru dari layar juga mengganggu produksi melatonin, yang akhirnya berdampak pada kualitas tidur. Kurang tidur akan membuat otak kesulitan dalam merekam informasi dan memproses emosi.
Solusi:
Gunakan teknik 20-20-20: Setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan ke benda sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.
2. Mengabaikan Waktu Tidur yang Cukup
Banyak generasi muda yang begadang demi menonton serial, bermain game, atau scrolling media sosial hingga larut malam. Padahal, tidur adalah waktu krusial untuk meregenerasi sel otak dan menyimpan memori jangka panjang.
Efek jangka panjang kurang tidur:
- Sulit fokus dan berpikir jernih
- Emosi tidak stabil
- Risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer meningkat
Solusi:
Cobalah tidur minimal 7–8 jam setiap malam. Hindari menggunakan ponsel 1 jam sebelum tidur agar kualitas tidur meningkat.
3. Jarang Melakukan Aktivitas Fisik
Duduk terlalu lama tanpa olahraga bukan hanya buruk bagi tubuh, tetapi juga untuk otak. Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke otak, membantu menyalurkan oksigen dan nutrisi yang penting untuk fungsi kognitif.
Tanpa olahraga, otak bisa mengalami penurunan fungsi lebih cepat. Tak hanya itu, kurang gerak juga berhubungan dengan peningkatan risiko stres dan depresi.